Produksi Pupuk Indonesia Sentuh Level Tertinggi

By Admin

Dirut Pupuk Indonesia Aas Asikin Idat   

nusakini.com - JAKARTA - PT pupuk Indonesia membukukan produksi sebanyak 11,42 juta ton untuk segala jenis pupuk pada 2017, tertinggi sepanjang sejarah. Kenaikan ini antara lain didorong oleh mulai beroperasinya pabrik baru Pusri 2B berkapasitas 970 ribu ton per tahun.

"Selain itu, reliabilitas pabrik terus meningkat sehingga mengurangi terjadinya unscheduledshutdown, "kata Direktur Utama PI Aas Asikin Idat di Jakarta, Selasa (8/5/2018).

Hal itu, kata dia, juga mendorong turunnya rasio konsumi gas bumi untuk produk urea, dari rata-rata 29,86 mmbtu per ton menjadi 28,69 per mmbtu per ton. Untuk produksi produk nonpupuk, yang terdiri atas asam sulfat, asam fosfat, dan produk sampingan lainnya, mencapai 5,42 juta ton dari target sebesar 5,8 juta ton.

Dia menambahkan, tahun lalu, PI menyalurkan 9,3 juta ton pupuk bersubsidi untuk sektor public service obligation (PSO), dengan rincian 4,1 juta ton urea, 2,68 juta ton NPK, 851 ribu ton SP36,961 ribu ton ZA, dan 688 ribu ton pupuk organik. Jumlah penyaluran itu meningkat 1,3% dari 2016 sebanyak 9,18 juta ton di tahun 2016, sedangkan penjualan ke sektor nonsubsidi mencapai 2,19 juta ton.

Aas mengungkapkan, perseroan dapat menekan biaya penyaluran subsidi, sehingga menghemat beban biaya subsidi yang dibayarkan pemerintah sebesar Rp 1,88 triliun. PI berhasil melampaui target laba yang ditetapkan pemegang saham sebesar 150,2% dari target RKAP Pada 2017, pendapatan PI mencapai Rp 58.96triliun, turun dari Rp 64,16 triliun. Adapun laba bersih turun menjadi Rp 3,08 triliun, dari Rp 3,5 triliun, kendati di atas Rp 2,05 triliun.

"Penyebab penurunan laba bersih adalah efisiensi yang kami lakukan, sehingga mengurangi pendapatan subsidi. Selain itu, harga komoditas urea dan amoniak internasional turun sangat drastis, sehingga mengurangi pendapatan perseroan dari sektor pupuk nonsubsidi," kata Aas.

Pendapatan PI dari sektor pupuk bersubsidi memang berkurang dari Rp 26,85 triliun pada 2016 menjadi Rp 24.97 triliun pada 2017. Tapi, volume penyaluran naik. "Ini membuktikan, walaupun kita melakukan efisiensi, tidak mengurangi pelayanan kita ke sektor PSO," tambah dia.

Aas mencatat, total asset PI bertambah dari Rp 127,1 triliun menjadi Rp 128,49 triliun.

"Kontribusi pajak terhadap pemerintah juga masih cukup baik, yaitu Rp 4,94 triliun dan deviden Rp 768,85 miliar,", pungkasnya. (p/ma)